Terletak di Jl. Argolubang No.10 Baciro, Yogyakarta
terdapat sebuah warung yang nyaris tidak terlihat jika kita sekilas melewati
jalan raya. Hanya terdapat parkiran mobil-mobil yang
berjejer rapi, bahkan papan nama pun tidak terihat sama sekali karena tertutupi
rimbunnya pepohonan. Namun siapa sangka di balik parkiran banyak mobil itu
terdapat sebuah warung legendarisyang dinamai “Warung Ijo”.
Sudah lebih dari 50 tahun warung ini dibuka dan saat
ini telah diwariskan ke generasi ke dua. Cita rasa khas Jawa masakan di warung
ijo ini konon sudah terkenal di kalangan pecinta kuliner di kota Jogja.
Penasaran dengan kelezatannya, aku pun tak sabar ingin mencicipi
masakan-masakan di warung ijo ini. sesaat setelah saya masuk, saya disapa oleh
perempuan yang sangat ramah sebut saja mbak Siti si empunya warung yang
merekomendasikan beberapa masakan yang paling laris.
Semua lauk disajikan dalam
benuk prasmanan sehingga pembeli bebas mengambil apa saja yang diinginkan. Lebih dari 30 macam lauk terjejer rapi di etalase.
Saya pun kebingungan untuk mengambil lauk, ingin rasanya mencicipi semua lauk
yang disediakan. Beragam masakan seperti brongkos, telur bacem, tempe bacem,
mangut lele, lodeh, usus ayam, oseng tempe lombok ijo, buntil daun pepaya, sop,
dan beragam jenis sayur lainnya lengkap tersedia di etalase. Piring-piring dan
nasi sudah disiapkan di sebelah etalase dan tersedia pula pilihan nasi merah
dan nasi putih.
Beruntung sekali pada waktu itu aku datang sekitar
jam 7 pagi, karena lauk masih lengkap. Biasanya jika agak siang lauksudah
tinggal seidkit dan tidak lengkap, kata mbak Siti. Aku pun mengambil sepiring
nasi merah, usus ayam, perkedel, dan brongkos yang menjadi menu andalan di
warung ini. tidak lupa peyek teri kesukaanku yang semakin menambah nafsu makan.
Aku pun langsung menuju spot kursi yang berasa di dekat pintu dengan suguhan
pemandangan lalu - lalang kereta api.
Aku pun segera menyantap menu sarapanku dan rasanya
tidak mengecewakan. Brongkos racikan Mbak Siti terasa gurih dan manis, sangat
pas sekali. Perpaduan gurih dan manis juga saya rasakan ketika menyantap sate
usus ayam yang dimasak dengan bumbu Klaten. Tidak lupa aku memesan es jamu
beras kencur sebgai minuman penutup. Meski perut sudah kenyang rasanya aku tak
kapok dan ingin kembali kesini untuk mencoba menu-menu yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar